Pentingnya Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional) di Dunia Kerja

kecerdasan emosional adalah

20 tahun terakhir, muncul konsep kecerdasan emosional (EQ) sebagai cara untuk menggambarkan seperangkat keterampilan berpikir. Intinya bahwa kecerdasan intelektual saja tidak cukup.

Biasanya, Intelligent Quotient (IQ) dijadikan sebagai tolak ukur kecerdasan dan kesuksesan seseorang. Faktanya, tes IQ saja tidak cukup untuk menggambarkan hal tersebut.

Oleh karena itu, para peneliti memperluas definisi kecerdasan untuk memasukkan seperangkat keterampilan yang lebih luas, salah satu hasilnya adalah emotional intelligence atau kecerdasan emosional.

Tahukah Anda? Kecerdasan emosi memiliki peran dan pengaruh yang tinggi dalam dunia pekerjaan. Konsep emotional intelligence pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer di sebuah artikel pada tahun 1990 yang kemudian populer lewat buku yang ditulis oleh Daniel Goleman Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ.

 

kecerdasan emosional adalah

 

Emotional intelligence merupakan kemampuan yang cukup diperhitungkan di dunia pekerjaan agar setiap individu di dalam perusahaan dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas.

Sederhananya, baik atau tidaknya pekerjaan yang Anda lakukan secara tidak langsung dipengaruhi oleh kualitas emotional intelligence yang Anda miliki. Mari kenali lebih jauh pemahaman tentang emotional intelligence dan bagaimana cara meningkatkannya!

 

Apa yang Dimaksud Emotional Intelligence?

Emotional intelligence adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan dan memahami emosi (baik emosi orang lain maupun emosi diri sendiri) dengan tujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental.

Seseorang dengan emotional intelligence yang baik mampu mengontrol emosi saat marah, peka terhadap perasaan orang lain, dsb.

Dalam keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya menyumbang 4%. Kemampuan akademik bawaan, nilai tes, dan kelulusan pendidikan tinggi tidak bisa memprediksi seberapa baik kinerja atau kesuksesan yang akan dicapai seseorang. Sebaliknya, kecakapan khusus seperti empati, disiplin, dan inisiatif, dapat memengaruhi keberhasilan kerja.

Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang dalam menggunakan keterampilan yang dimiliki, termasuk keterampilan intelektual.

Sementara itu, kecerdasan emosional menurut Goleman adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Baca juga: Cara Efektif Mengembangkan Interpersonal Skill Karyawan Melalui Online Learning

 

5 Indikator Kecerdasan Emosional

Dalam bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ” Goleman juga menyebutkan 5 indikator kecerdasan emosional, yaitu:

dimensi kecerdasan emosional

 

1. Self-awareness: Menyadari perasaan atau keadaan yang sedang orang lain rasakan dan pengaruhnya terhadap orang lain.

2. Self-regulation: Menggunakan kemampuan emosional untuk mengatur emosi yang akan memunculkan reaksi atau perilaku tertentu.

3. Internal motivation: Mengambil keputusan sebagai bentuk optimisme, rasa penasaran, dan keinginan untuk mencapai sesuatu.

4. Empathy: Memahami emosi orang lain dan menggunakan kemampuan ini untuk merespon orang lain berdasarkan tingkat emosional.

5. Social skills: Menerapkan kemampuan emosional untuk membangun hubungan sosial yang kuat dengan sekitar.

Perlu Anda ketahui bahwa setiap orang mempunyai kemampuan emosional yang berbeda. Beberapa orang mempunyai emotional intelligence cukup baik, sementara ada yang menghadapi kesulitan untuk membangun emotional intelligence yang dengan seimbang.

Bahkan, sebuah penelitian mengemukakan bahwa, jika dibandingkan dengan kemampuan akademik emotional intelligence yang tinggi akan lebih berdampak pada ketahanan kesehatan fisik dan mental serta dapat memengaruhi kesuksesan di dunia pekerjaan.

Terdapat  berbagai kemampuan yang dibutuhkan dalam perusahaan agar setiap individu dapat memberikan kinerja yang berkualitas. Untuk itu daftarkan perusahaan Anda ke pelatihan berbasis LMS ruangkerja dan tingkatkan kualitas karyawan bersama bimbingan para expert!

[IDN] CTA Tengah 1 Blog Ruangkerja Pelatihan Efektif RGFB

 

Peran Kecerdasan Emosional dalam Dunia Pekerjaan

Emotional intelligence penting untuk dimiliki setiap karyawan agar visi misi perusahaan dapat tercapai dengan baik. Peran kecerdasan emosional dalam dunia pekerjaan adalah sebagai berikut:

1. Membentuk tim yang kolaboratif

Kolaborasi mendukung produktivitas di tempat kerja. Ini lebih mudah dilakukan jika anggota tim saling berempati, saling percaya, dan memahami emosi satu sama lain. Anggota tim yang cerdas emosional akan terbuka dan jujur dalam hubungan interpersonal.

Mereka akan lebih terbuka untuk meminta bantuan, mengakui kesalahan, berbagi kesulitan, dan menerima perbedaan perspektif yang unik dari masing-masing individu. Dari sini, pengambilan keputusan, penyelesaian tugas, koordinasi, dan kerja sama tim dapat dilakukan secara efisien.

Baca Juga: Strategi Ampuh untuk Pelatihan Manajemen Konflik untuk Karyawan

2. Karyawan yang inovatif

Dinamika kerja yang berubah dengan cepat menuntut siapa saja untuk mampu beradaptasi dan menghadapi perubahan tak terduga. Karyawan yang cerdas secara emosional memungkinkan mereka memiliki fleksibilitas yang tinggi dan mampu beradaptasi dengan baik.

Ketika menghadapi perubahan, mereka akan bersikap proaktif daripada reaktif. Karyawan yang cerdas emosional berani mengambil risiko, tidak takut melakukan kesalahan, dan mampu mengenali solusi kreatif (inovatif).

3. Tidak rentan terkena stres

American Psychological Association menjelaskan bahwa 65% pekerja mengaku pekerjaan adalah sumber stres utama mereka. Hal ini disebabkan karena beban kerja yang berat, jam kerja yang panjang, serta lingkungan kerja yang tidak sehat.

Untuk itu, selain kecerdasan intelektual, karyawan juga harus memiliki kecerdasan emosional. Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan mengatur keadaan jiwa.

Kecerdasan emosional membantu seseorang untuk bisa mengatur keadaan jiwa dan menghadapi tekanan kerja. Setiap perusahaan pasti ingin karyawannya untuk bisa memberikan kinerja yang baik, memiliki motivasi diri yang tinggi, empati, dan inisiatif.

Hal-hal tersebut merupakan keterampilan kecerdasan emosional. Kabar baiknya, kecerdasan emosional adalah keterampilan yang bisa dilatih.

4. Komunikasi dan interaksi yang semakin efektif

Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk mengontrol dan mengekspresikan emosi mereka dengan baik, serta memahami dan menanggapi emosi orang lain.

Hal ini akan sangat membantu karyawan untuk berkomunikasi secara efektif dengan rekan kerja mereka.

5. Pengambilan keputusan yang lebih baik

Seseorang dengan kecerdasan emosi yang baik akan cenderung membuat keputusan yang rasional dan obyektif.  Pasalnya, mereka akan berpikir dengan lebih hati-hati dan baru mengambil keputsaan di saat kondisi emosi sudah stabil.

Baca Juga: Menggunakan Prinsip 80 20 Untuk Meningkatkan Produktivitas

 

Tanda Rendahnya Kecerdasan Emosional di Dunia Kerja

Ketahui beberapa sikap di bawah ini yang menunjukkan rendahnya kecerdasan seseorang di dunia kerja, semoga Anda atau karyawan Anda bukan salah satunya, ya!

1. Tidak mampu mengendalikan emosi saat berinteraksi dengan rekan kerja atau pelanggan. Contohnya seorang karyawan yang marah pada pelanggan dan mengeluarkan kata-kata kasar saat pelanggan mengeluh karena merasa tidak puas dengan produk yang mereka dapatkan.

2. Sulit dalam mengambil keputusan yang baik karena dipengaruhi oleh perasaan negatif. Contoh, ada seorang manajer yang menolak proposal baru dari rekan kerja karena dia merasa cemas apakah proposal tersebut dibuat secara objektif, atau terlalu takut dengan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang.

3. Mudah marah atau frustrasi saat menghadapi masalah di tempat kerja. Contohnya ketika penjualan tidak mencapai target, seorang manajer tim sales langsung memarahi semua timnya hanya untuk meluapkan rasa marah di saat yang sama.

4. Kesusahan untuk bekerja sama dengan rekan kerja karena tidak mampu mengelola perasaan. Jika ada karyawan Anda yang selalu menolak untuk bekerja sama dengan tim karena sebuah alasan personal, artinya ia memiliki PR untuk meningkatkan emotional intelligence.

5. Menyalahkan orang lain atau situasi saat terjadi masalah di tempat kerja. Misal, Anda sedang mengerjakan sebuah proyek A bersama tim, kemudian proyek tersebut gagal. Dalam hal ini, alangkah lebih baik jika Anda fokus terhadap solusi, bukan terus-terusan menyalahkan orang lain.

6. Sulit dalam mengejar target karena mudah merasa putus asa atau tidak percaya diri. Contoh, ada seorang sales yang mudah merasa tidak percaya diri saat mencoba untuk menjual produk baru, sehingga dia tidak dapat mencapai target penjualannya.

7. Mudah merasa cemas atau stres saat menghadapi situasi yang tidak familiar. Misal, seorang karyawan yang merasa cemas saat ditugaskan untuk mengikuti training baru, dia takut tidak bisa mengikuti training tersebut dengan baik sehingga menolak untuk ikut pelatihan.

8. Enggan menerima kritik atau masukan dari rekan kerja atau atasan. Contoh dari situasi ini adalah seorang karyawan yang merasa marah dan tidak puas saat atasannya memberikan masukan untuk meningkatkan kinerjanya.

9. Sering merasa tidak puas atau tidak bahagia dengan pekerjaan yang dilakukan. Misal, ada seorang sales yang merasa tidak puas dengan gajinya, sehingga dia sering berleha-leha dan menunda pekerjaan.

10. Sulit dalam mengejar karier yang diinginkan karena tidak mampu mengelola emosi dengan baik. Artinya, jika Anda terlalu mudah marah ketika berinteraksi dengan atasan dan rekan kerja, tentu hal ini akan membuat performance Anda rendah sehingga sulit untuk naik jabatan.

 

13 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional Karyawan

Berikut merupakan beberapa cara untuk meningkatkan level kecerdasan emosional karyawan:

1. Pelatihan online dengan gamifikasi

Empati dan motivasi adalah indikator dalam kecerdasan emosional. Untuk meningkatkan rasa empati dan motivasi karyawan, Anda dapat mendesain sebuah pelatihan dengan games yang dilakukan secara berkelompok. Berikan studi kasus atau masalah yang harus diselesaikan bersama.

Dengan ini, karyawan akan belajar untuk membagi tanggung jawab, mengatasi konflik, berdiskusi, dan memahami perspektif orang lain. Permainan berkelompok ini bisa meningkatkan empati dan juga keterampilan sosial.

Selain itu, permainan juga bisa meningkatkan motivasi seseorang untuk memenangkan kompetisi. Gamifikasi dalam pelatihan membuat 84% peserta terlibat dan lebih aktif.

Baca Juga: Jadikan Karyawan Lebih Aktif Melalui Gamifikasi di Pelatihan Online

2. Mengembangkan teknik manajemen stres

Karyawan dengan tingkat kecerdasan emosional yang baik mampu mengatasi stres dan emosi negatif lainnya. Mengembangkan teknik manajemen stres dapat meningkatkan kemampuan menangani emosi negatif.

Meditasi telah terbukti efektif untuk menghilangkan stres. Anda dapat memberikan teknik meditasi yang bisa diterapkan karyawan sebagai daily routine untuk mengelola stres.

Tak hanya itu, meditasi juga bisa mengurangi depresi, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Selain mengurangi stres, meditasi juga bisa membantu karyawan Anda menjadi lebih sehat.

3. Menggunakan diagram alir atau skenario percabangan

Skenario percabangan adalah narasi terbuka yang memungkinkan seseorang untuk membuat pilihan sendiri dan setiap pilihan akan mempengaruhi narasi dan hasil. Ini merupakan taktik yang biasa dilakukan oleh profesional e-learning untuk melatih pengaturan diri yang di dalamnya termasuk pengenalan dan pengelolaan emosi, pengendalian impuls, memotivasi diri, dan pengambilan keputusan.

Dengan cara ini, peserta pelatihan dapat melihat konsekuensi dari setiap pilihan mereka, serta belajar untuk mempertimbangkan pilihan alternatif.

4. Mood journaling

Untuk membantu karyawan belajar mengenali emosi pribadi, Anda bisa mendorong karyawan untuk menuliskan emosinya dalam sebuah jurnal. Jurnal ini berisi nama emosi, penyebab emosi, reaksi dari emosi yang dirasakan, kesesuaian nama, penyebab dan reaksi, apakah emosi yang muncul perlu solusi atau masih bisa ditoleransi, dan lainnya.

Mood journaling ini membantu karyawan untuk mengenali, memberi nama, mengekspresikan, dan menyalurkan emosi. Lakukan juga progress tracking untuk mengetahui progress karyawan dalam pengenalan emosi.

Itulah beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional karyawan. Untuk mengembangkan karyawan yang tangguh, Anda perlu berinvestasi dalam keterampilan kecerdasan emosional seperti kepemimpinan, kolaborasi, pengambilan keputusan, manajemen konflik, dan motivasi.

Hal-hal ini diperlukan perusahaan untuk menghadapi berbagai kondisi dengan keterlibatan, komunikasi, dan kepercayaan dari tiap individu di perusahaan.

Pelatihan kecerdasan emosional merupakan lari maraton, bukan lari cepat. Peningkatan kecerdasan emosional karyawan tidak akan terjadi dalam satu malam. Untuk itu perlu konsistensi dalam proses pelatihannya.

5. Memunculkan rasa ingin tahu yang besar

Mengasah kecerdasan emosional bisa dilakukan dengan cara yang sederhana. Anda bisa memulainya dengan memunculkan rasa penasaran dan ingin tahu terhadap suatu hal. Biasanya dimulai dengan mengajukan pertanyaan ‘mengapa’ atau ‘why‘?

Hal yang didapat dari yang Anda lakukan ketika bertanya mengapa adalah jawaban dangkal. Meski begitu, jawaban dangkal itu tidak cukup.

Mereka yang memiliki kecerdasan emosional akan terus bertanya sehingga mereka akan terus mempelajari sesuatu. Yap, karena pertanyaan muncul dari jawaban dangkal.

Semakin banyak pertanyaan, maka pertanyaan akan sulit dijawab. Demikian terjadi karena pada akhirnya, seringkali ada fakta atau emosi tersembunyi yang memengaruhi jawaban terdalam. Kecerdasan emosional mengharuskan Anda untuk mengidentifikasinya sehingga Anda dapat menilainya.

6. Mempelajari kemampuan diri terhadap waktu

Nggak dipungkiri ada banyak kejadian di luar kontrol Anda dan sering kali membuat Anda tidak bisa menahan diri. Emosi pun mempengaruhi tindakan Anda.

Misalnya ketika mendapat kabar revisi dari klien melalui email, Anda pun merasa jengkel karena sudah melakukan perbaikan dengan baik, namun tetap harus revisi.

Belajarlah untuk menunggu satu menit (atau satu jam, atau satu hari) sebelum bertindak. Pasalnya, memberikan jeda pada diri memudahkan Anda dalam mengambil keputusan secara netral.

Orang yang cerdas secara emosional belajar untuk menghargai bahwa tindakan yang lebih lambat memberi ruang untuk pemikiran strategis, dan itu membuat reaksi emosional yang dianggap tidak tepat menjadi tidak terlalu berbahaya.

7. Belajar untuk berhenti ketika sudah waktunya untuk berhenti

Seseorang dengan kecerdasan emosional akan mampu menyadari waktu. Kapan Anda harus bergerak dan kapan harus berhenti.

Contoh sederhananya ketika sedang mengerjakan tugas kantor, Anda memiliki pilihan untuk jeda dan beristirahat sebentar untuk mengembalikan tenaga. Lalu Anda tahu waktu kapan untuk mulai kembali.

Sama halnya ketika Anda mengetahui waktu untuk resign dari pekerjaan yang tidak sesuai, atau mengakhiri hubungan yang tidak memuaskan, atau menghentikan ide bisnis yang telah dikembangkan.

Berhenti di sini tidak selalu merupakan tanda kegagalan. Sebaliknya, salah satu dari ini bisa berarti awal yang baru.

8. Melatih kemampuan berbahasa

Anda memiliki kebiasaan yang bahkan tidak Anda sadari, terutama kebiasaan berbahasa. Orang yang cerdas secara emosional menyadari hal tersebut.

Oleh sebab itu, mereka bekerja keras untuk mengembangkan kebiasaan berbahasa dengan baik. Mereka memahami bahwa pilihan ini kemungkinan besar akan memengaruhi emosi.

Kemampuan berbahasa ini berguna dalam menyampaikan pendapat atau ketika merespons sebuah pernyataan. Orang dengan kemampuan berbahasa yang baik akan memilih ucapan dan memikirkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan.

Misalnya ketika ada karyawan atau rekan kerja berkeluh kesah dengan masalah dan pekerjaannya. Orang dengan kecerdasan sosial akan memberikan tanggapan dengan bijak dan tidak memotong atau mencela keluh kesah mereka.

9. Belajar mencari kebenaran yang sulit

Sebagai seorang bos sebaiknya mampu menggali kondisi yang sebenarnya terjadi di perusahaan. Sering kali bos hanya mengetahui dari laporan karyawannya, namun tidak mengecek secara langsung kondisi yang terjadi.

Seorang bos yang cerdas secara emosional mungkin menempatkan dirinya pada posisi karyawan, dan memikirkan beberapa reaksi emosional yang mungkin muncul dalam tanggapan mereka.

Ada langkah sederhana untuk belajar mencari kebenaran yang sulit, yakni coba berikan tiga pertanyaan mirip secara berbeda dan temukan jawaban.

Mintalah karyawan untuk mengungkapkan emosi, asumsi, dan ketidakseimbangan dalam bekerja, lalu biarkan mereka angkat bicara. Mintalah untuk menemukan kebenaran yang sulit.

10. Belajar membedah motivasi seseorang

Cukup sering, Anda belajar menemukan teori kerja. Anda mungkin mengajukan lebih banyak pertanyaan untuk memperjelas, namun seringkali Anda tidak akan membagikan kesimpulan Anda. Namun yang sering terlupa adalah mengetahui motivasi seseorang.

Seringkali seseorang enggan untuk mengetahui kenyataan pahit dari sebuah keputusan. Mereka memilih menghindar dan enggan mengetahuinya. Namun bagi orang dengan kecerdasan emosional, mereka lebih baik mengetahui dibandingkan tidak tahu sama sekali.

11. Belajar berpikir tentang struktur percakapan

Orang sering melakukan percakapan tanpa tujuan yang jelas, atau struktur yang jelas. Seseorang terprogram untuk merespons dengan lebih baik, dan mengingat berbagai hal dengan lebih mudah, jika dikelompokkan menjadi tiga. Jadi, sedapat mungkin, orang yang cerdas secara emosional mencoba membuat tiga poin sekaligus.

Inilah sebabnya mengapa mendiang Steve Jobs mengorganisir hampir setiap peluncuran produk (Macintosh asli, iPod, iPhone, dll.) dengan struktur tiga titik. Dalam hal ini Anda diajak untuk melatih sesuatu hal dan mengelompokkannya dalam tiga bagian, misalnya pembukaan, isi, dan penutup.

12. Belajar menempatkan diri

Obrolan menjadi bagian dari keseharian. Orang dengan kecerdasan emosional yang baik akan bisa menempatkan diri dalam percakapan. Mereka akan bisa menggunakan vokal atau intonasi tinggi-rendah ketika mengobrol dengan lawan bicara.

Latihlah dengan gaya berbicara seperti ketia mengucapkan kalimat deklaratif dengan nada memberi saran, namun sebenarnya Anda sedang melontarkan sebuah pertanyaan.

13. Belajar bersyukur

Jika pada poin pertama Anda diajak untuk melatih rasa penasaran terhadap suatu hal, maka terakhir Anda belajar untuk bersyukur. Orang yang cerdas secara emosional akan berusaha keras untuk menemukan sesuatu yang dapat mereka syukuri.

Belajarlah untuk mengungkapkan terima kasih untuk sesuatu yang Anda tahu akan disetujui oleh pihak lain daripada sesuatu yang mungkin memicu reaksi emosional yang tidak diinginkan.

Setelah membaca materi kecerdasan emosional di atas, apakah Anda dan rekan kerja sudah termasuk sebagai individu dengan kecerdasan emosional yang baik? Jika belum, maka Anda dapat melatihnya bersama ruangkerja menggunakan LMS (learning management system)! Hebatnya, saat ini Ruangkerja sudah memiliki fitur pendukung seperti:

  1. Rewards point, peserta dapat memperoleh poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah sesuai keinginan perusahaan.
  2. Leaderboards, memicu peserta untuk menyelesaikan pelatihan dengan skor tinggi.
  3. Collaboration, setiap peserta dapat berkolaborasi dengan peserta lainnya melalui forum diskusi.

Berbagai perusahaan telah bergabung dengan ruangkerja, kini giliran Anda! Tunggu apalagi?

[IDN] CTA Tengah 1 Blog Ruangkerja Pelatihan Efektif RGFB

Artikel ini ditulis pertama kali oleh Fega Andriana, lalu diperbarui oleh Intan Aulia Husnunnisa pada tanggal 25 Januari 2023.

Intan Aulia Husnunnisa

Intan Aulia Husnunnisa, biasa dipanggil Intan. Menikmati dunia SEO Content Writing sejak 2020. Semoga tulisanku bermanfaat!