Mengenal Fenomena Ghosting di Dunia Kerja dan Strategi Mengatasinya

RK - Mengenal Fenomena Ghosting di Dunia Kerja dan Strategi Mengatasinya

Perilaku ghosting bisa dilakukan oleh pelamar ataupun perusahaan yang merekrut. Fenomena ini membuat frustrasi dan memberikan dampak buruk jika berkepanjangan, lalu bagaimana solusinya?

Jika biasanya kata ghosting dikaitkan dengan hubungan percintaan, ternyata fenomena ghosting bisa muncul di dunia kerja. Ungkapan ghosting menjadi kata populer belakangan karena kerap dialami kebanyakan orang. Sebenarnya apa arti kata ghosting?

Menurut Urban Dictionary, ghosting adalah tindakan tiba-tiba menghentikan semua komunikasi atau menghentikan kontak sama sekali dari kehidupan orang lain yang dikencani. Mereka yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak dan tidak lagi ingin melanjutkan hubungan asmara. Orang yang melakukan ghosting tidak meninggalkan petunjuk atau alasan apa pun sehingga meninggalkan subjeknya sendiri. Tindakan tersebut dianggap sebagai tanda bahwa pelaku tidak tertarik lagi dengan orang tersebut, sehingga mengakhiri hubungan.

 

Ghosting di Dunia Kerja = Fenomena yang Jadi Tren?

Pencari kerja dan perwakilan perusahaan saling mengabaikan. Tidak ada email, teks, atau panggilan telepon yang dimulai untuk menjelaskan kepada pihak lain apa yang terjadi.

Dilansir dari Forbes, menurut sebuah survei, “Ghosting tampaknya semakin populer di kalangan pencari kerja selama setahun terakhir. Sebanyak 28% telah meng-ghosting perusahaan/rekruter, naik dari hanya 18% pada 2019. Sementara itu, sebesar 76% perusahaan telah di-ghosting dalam jangka waktu yang sama. Sebanyak 57% responden lainnya menyebut percaya ghosting akan lebih umum dari sebelumnya.”

Hampir setengah—46%—pemberi kerja percaya bahwa pemberi kerja lebih sering ‘meng-ghosting’ para pencari kerja daripada sebelumnya. Secara mengejutkan, sebanyak 77% pencari kerja mengatakan bahwa mereka telah dihantui oleh calon atasan sejak awal Covid-19, dengan 10% melaporkan bahwa bos telah membuat mereka menjadi ‘ghoster’ bahkan setelah tawaran pekerjaan lisan diperpanjang.

Tindakan ghosting dinilai sebagai perilaku yang tidak etis dan tidak sopan, terlebih jika terjadi dalam konteks dunia kerja. Ghosting di tempat kerja mirip dengan ghosting dalam berkencan. Pada dasarnya, kandidat atau karyawan menghindari percakapan yang berpotensi tidak menyenangkan dengan perekrut atau atasan. Mereka menghindari keadaan tersebut dan memilih ghosting atau menghilang secara tiba-tiba tanpa adanya alasan atau percakapan sebelumnya.

 

Bentuk-Bentuk Perilaku Ghosting di Dunia Kerja

Menjadi korban ghosting memang tidak menyenangkan bahkan Anda mungkin merasa lebih sakit hati dan menyalahkan diri sendiri, oleh sebab itu sebaiknya mengetahui perilaku-perilaku ghosting yang merugikan perusahaan maupun pribadi. Dengan begitu, sebagai karyawan ataupun individu sebaiknya menghindari perilaku ghosting karena dapat merusak citra dan profesionalitas. Ada banyak fenomena ghosting di dunia kerja di antaranya:

 

Bentuk-bentuk ghosting di dunia kerja

 

1. Karyawan berhenti tanpa pemberitahuan

Alih-alih memberi tahu atasan atau perusahaan bahwa karyawan ingin berhenti atau mengundurkan diri (resign) beberapa karyawan beranggapan bahwa jika karyawan telah mengabaikan atasan atau rekan kerja dalam waktu cukup lama, pada akhirnya mereka akan menerima menilai dan mendapatkan petunjuk kesimpulan bahwa mereka meninggalkan perusahaan. Jika Anda keluar begitu saja dari perusahaan, maka Anda telah melakukan perilaku ghosting.

Berhenti tanpa kabar atau pemberitahuan kini mulai marak terjadi di berbagai perusahaan. Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan riset Clutch berbasis di Washington, 71 persen pekerja mengaku melakukan ghosting di beberapa titik dalam bekerja. Terlebih lagi, 55 persen responden mengatakan mereka mengabaikan satu hingga lima lamaran selama mencari pekerjaan.

2. Pencari kerja tidak datang pada jadwal rekrutmen yang terjadwal

Jika Anda baru saja tidak hadir tanpa alasan dalam panggilan rekrutmen, menghentikan komunikasi tanpa penjelasan atau menghilang begitu saja, misalnya wawancara adalah salah satu bentuk tindakan ghosting. Pada waktu yang telah dijadwalkan, kandidat tidak muncul untuk wawancara.

3. Setelah diterima kerja, langsung tidak masuk saat hari pertama kerja

Tidak muncul begitu saja pada hari pertama kerja adalah citra buruk atau ‘red flag‘ bagi perusahaan yang telah merekrutnya. Ketika kandidat menerima tawaran pekerjaan, tetapi tidak muncul pada tanggal mulai mereka bekerja. Tindakan tersebut salah satu bentuk ghosting.

4. Perusahaan tidak memberitahu hasil rekrutmen pada pelamar

Pernahkah Anda melamar sebuah posisi di perusahaan, namun tidak mendapatkan hasil atau kabar terbaru terkait lowongan tersebut? Itu artinya Anda bisa jadi merupakan korban ghosting perusahaan. Dikutip dari Forbes tahun 2021, hanya 27% pemberi kerja (perusahaan) yang melaporkan bahwa mereka tidak melakukan ghosting pada pencari kerja dalam setahun terakhir. Artinya, lebih banyak perusahaan yang melakukan rekrutmen, tanpa memberikan umpan balik atau informasi terkait lolos atau tidaknya pelamar.

Tidak memberitahu hasil rekrutmen, baik lolos ataupun tidak lolos adalah bentuk ghosting perusahaan yang telah menjadi praktik standar dalam proses perekrutan. Hal tersebut kurang etis dalam rekrutmen.

 

Alasan-alasan adanya Ghosting di Dunia Kerja

Beberapa ahli percaya perubahan sikap kandidat dan yang lain percaya itu adalah hasil dari perubahan pasar di dunia kerja. Apa pun penyebabnya, ghosting di tempat kerja menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi para profesional dalam proses rekrutmen. Adapun beberapa alasan yang memicu fenomena ghosting antara lain:

1. Perubahan sikap kandidat atau karyawan

Banyak rekruter menjadwalkan beberapa kandidat dalam sehari. Kendati demikian, pada waktu yang ditentukan hanya segelintir kandidat yang berhasil hadir. Sementara menurut survei dari Clutch mengungkapkan ada 41 persen kandidat menganggap bahwa dirinya bisa menjadi korban ghosting perusahaan. Sementara 35 persen responden merasa tidak masuk akal bagi organisasi untuk meloloskan pelamar. Clutch juga menemukan alasan lain karena pekerja untuk melakukan ghosting yang paling umum adalah mereka berada di situasi yang sulit, seperti telah menerima tawaran pekerjaan lain (30 persen) atau memutuskan peran yang tidak cocok (19 persen).

2. Peningkatan kesempatan dan peluang ekonomi

Ghosting bukan hanya gejala pergeseran sikap dalam angkatan kerja. Hal ini juga bisa terjadi karena hasil dari pengangguran yang rendah. Contohnya pada puncak resesi di Amerika Serikat, tingkat pengangguran mencapai 10 persen. Selama kondisi yang merugikan ini berlangsung, banyak organisasi kebanjiran lamaran dari pencari kerja dan tidak dapat menanggapi setiap pelamar.

Terlebih lagi, ekonomi global diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,7 persen pada tahun 2018. Fenomena tersebut semakin mendorong permintaan akan pelamar. Ketika ekonomi dan pasar kerja melonjak, situasinya telah berubah. Karyawan diuntungkan karena mereka memiliki lebih banyak pilihan pekerjaan daripada yang mereka miliki dalam beberapa tahun terakhir.

Pengangguran yang rendah menunjukkan bahwa karyawan memiliki lebih banyak pilihan untuk pekerjaan. Selain itu, karyawan dapat berpindah dengan cepat dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya.

 

Cara Menyiasati Fenomena Ghosting di Dunia Kerja

Biaya perekrutan seorang pegawai bisa dikatakan tidak murah. Oleh sebab itu, fenomena ghosting di dunia kerja cukup membuat HRD atau rekruter frustasi. Selain itu, ghosting juga menyebabkan hilangnya produktivitas. Mengapa demikian? Tentu saja karena pekerjaan yang sulit diisi tetap terbuka lebih lama dari yang diperkirakan.

Berkaitan dengan hal itu, baik pihak perusahaan atau Anda harus mencari cara untuk memerangi ghosting dan menghindari konflik yang dapat memengaruhi kualitas hidup Anda dan perusahaan Anda, perusahaan dapat menerapkan strategi berikut:

1. Mengembangkan talenta yang dimiliki di perusahaan

Fenomena ghosting adalah fenomena yang menjadi normal baru, penting untuk menjadi perhatian dan menentukan strategi untuk membangun hubungan jangka panjang dengan kandidat. Salah satu metode membangun hubungan jangka panjang adalah dengan komunitas bakat.

Komunitas talenta ideal ada untuk membangun hubungan profesional jangka panjang untuk peluang masa depan. Salah satunya dengan cara memberikan pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi kandidat maupun karyawan yang ada di perusahaan.

2. Evaluasi proses perekrutan

Untuk menghindari adanya kandidat yang ghosting, perusahaan mulai melakukan evaluasi terkait proses perekrutan hingga masa orientasi bagi karyawan baru. Mengembangkan komunitas bakat membutuhkan organisasi untuk beralih dari perekrutan reaktif ke pendekatan yang lebih proaktif.

Pola pikir organisasi harus beralih dari merekrut untuk mengisi posisi terbuka menjadi peruashaan harus merekrut orang yang bisa bertahan untuk jangka panjang. Proses tersebut bisa dipermudah dengan adanya masa orientasi atau probation dalam kontrak kerja. Perusahaan harus memulai proses orientasi lebih awal untuk membangun hubungan emosional dengan karyawan baru.

Faktanya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Inavero, 77 persen kandidat bersedia menerima tawaran yang 5 persen lebih rendah dari tawaran yang mereka harapkan jika pemberi kerja menciptakan kesan yang baik melalui proses perekrutan.

Studi dari Wyndhurst Group menyebut proses rekrutmen yang berkesan baik bisa memengaruhi tiga minggu pertama bagi kandidat atau calon pegawai baru. Apakah mereka akan bertahan atau kabur?

Jika ingin membangun perusahaan dengan mumpuni, tak perlu khawatir. Kini RuangKerja telah memiliki pelatihan yang mendukung strategi mengatasi fenomena ghosting di perusahaan Anda. Karena RuangKerja dilengkapi dengan fitur-fitur berikut:

  1. Rewards point, peserta dapat memperoleh poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah sesuai keinginan perusahaan.
  2. Leaderboards, memicu peserta untuk menyelesaikan pelatihan dengan skor tinggi. 
  3. Collaboration, setiap peserta dapat berkolaborasi dengan peserta lainnya melalui forum diskusi. 

Berbagai perusahaan telah bergabung dengan RuangKerja, kini giliran Anda! Tunggu apalagi?

 

[IDN] CTA Bawah Blog Ruangkerja Pelatihan Karyawan RGFB

 

Sumber: 

Deichler, Andrew. 2021. Why Employers Ghost Job Seekers, and How to Respond [online]. Link:https://www.shrm.org/resourcesandtools/hr-topics/talent-acquisition/pages/why-employers-ghost-job-seekers-and-how-to-respond.aspx (Accessed: 7 February 2022)

Delgado, Michelle. 2021. More Than 40% of Job Applicants Say It’s Reasonable to ‘Ghost’ a Company During the Hiring Process [online]. Link: https://www.prnewswire.com/news-releases/more-than-40-of-job-applicants-say-its-reasonable-to-ghost-a-company-during-the-hiring-process-300703905.html (Accessed: 7 February 2022).

Kelly, Jack. 2021. A New Study By Indeed Confirms That Ghosting During The Hiring Process Has Hit Crisis Levels [online]. Link: https://www.forbes.com/sites/jackkelly/2021/02/17/a-new-study-by-indeed-confirms-that-ghosting-during-the-hiring-process-has-hit-crisis-levels/?sh=d66099c99c4e (Accessed: 7 February 2022)

People Scout. 2021. Ghosting in The Workplace [online]. Link: https://www.peoplescout.com/insights/ghosting-in-the-workplace/ (Accessed: 7 February 2022)

Nallisamy, Iswari. 2021. Job Ghosting Is Real: Here’s What You Need to Know [online]. Link: https://www.topresume.com/career-advice/how-to-deal-with-job-ghosting (Accessed: 7 February 2022)

 

 

Vindiasari Yunizha