Apa Itu Design Thinking? Ini Penerapan dan Manfaatnya Bagi Perusahaan

Header Design Thinking

Design thinking bisa digunakan untuk memecahkan masalah secara efektif dengan memahami kebutuhan pengguna serta mendefinisikan ulang permasalahan yang mereka alami.

 

Apakah Anda pernah mendengar konsep design thinking? Ini merupakan metode berpikir yang biasa dipakai ketika menciptakan produk baru di sebuah perusahaan, khususnya dalam area user experience.

Design thinking hadir sebagai sebuah pendekatan problem solving berbasis solusi. Saat ini, design thinking sudah banyak diterapkan di berbagai bidang, contohnya seperti bisnis, arsitek, dan juga teknik.

Jika Anda masih bingung dengan design thinking, mari simak pembahasannya di bawah ini!

 

Apa yang Dimaksud Dengan Design Thinking?

Design thinking adalah ideologi atau proses kreatif untuk memecahkan masalah kompleks yang berpusat pada manusia (pengguna), alias human-centric. Design thinking dikenal pula sebagai Business of Experience (BX).

Lebih jelasnya, design thinking merupakan serangkaian proses kognitif, strategis, dan praktis yang dilakukan secara berulang guna menciptakan solusi inovatif yang tidak terpikirkan sebelumnya (out of the box).

Secara umum, design thinking dilakukan oleh para UX designer. Bukan hanya memahami pengguna, design thinking dirancang untuk menantang asumsi dan mendefinisikan ulang permasalahan calon konsumen.

 

Apa Tujuan Design Thinking?

Design thinking dapat memberi lebih banyak solusi pembelajaran efektif selaras dengan kebutuhan bisnis dan pengembangan kapasitas yang diinginkan perusahaan.

Selain itu, design thinking bisa menjadi jembatan Anda untuk menghubungkan antara keperluan bisnis dan pengembangan kapasitas pada saat yang sama dengan baik dan benar.

 

Contoh Design Thinking

Sebagai contoh, perusahaan yang menerapkan metode design thinking adalah AirBnB. Company yang satu ini memulai bisnisnya hanya dengan menghasilkan $200 dalam seminggu.

Setelah melakukan beberapa pengamatan, para founder menyadari bahwa ada faktor yang membuat calon konsumen ragu dengan AirBnB. Hal ini berkaitan dengan gambar kamar yang dipost oleh host memiliki resolusi yang kurang baik.

Untuk berempati dengan customer, para pendiri rela menghabiskan waktu berkeliling ke berbagai lokasi. Mereka mencari tahu, sebenarnya apa yang dicari oleh para traveler saat mencari homestay atau tempat istirahat.

Akhirnya, mereka menemukan solusi untuk berinvestasi pada kamera yang menghasilkan gambar dengan kualitas tinggi. Tujuannya adalah untuk membantu para host mendapatkan gambar setiap fasilitas kamar dengan resolusi tinggi sehingga membuat calon konsumen semakin percaya.

Hasilnya, seminggu kemudian AirBnB mendapat penghasilan yang berlipat ganda.

Artinya, alih-alih berfokus untuk menjangkau audiens yang lebih besar, founder AirBnB justru menerapkan design thinking untuk mencari tahu, mengapa audiens mereka ragu untuk menjadi konsumen AirBnB.

Sekarang, sudah saatnya tim desain ada menerapkan design thinking untuk memecahkan masalah sesuai kebutuhan calon konsumen. Mari, belajar design thinking bersama para expert di ruangkerja. Konsultasi terlebih dahulu secara gratis, sekarang!

[IDN] CTA Tengah 1 Blog Ruangkerja Pelatihan Efektif RGFB

 

Kekurangan Design Thinking

Ada empat kekurangan design thinking yang bisa menjadi bahan pertimbangan Anda sebelum menerapkannya, yaitu:

1. Membutuhkan keterlibatan yang tinggi dari partisipasi pengguna

Karena berorientasi pada pengguna, tentunya design thinking membutuhkan partisipasi real dari para user dalam setiap fase project. Dalam hal ini, fase tersebut mencakup penelitian awal, wawancara, pengembangan ide bersama, dan pengujian prototipe.

Pasalnya, melibatkan real user membutuhkan lebih banyak sumber daya dan pertimbangan, terlepas dari seberapa besar manfaat yang dapat diperoleh dari mereka.

Perusahaan pun perlu mempertimbangkan user dapat terlibat di fase mana saja, mengingat tentunya ada aspek-aspek perusahaan yang bersifat confidential.

2. Durasi proyek lebih lama

Untuk menerapkan setiap elemen design thinking ke dalam proyek, perusahaan butuh waktu yang berkualitas untuk meneliti, mewawancarai, mensintesis, dan menguji produk dengan real user.

Misalnya, untuk proses interview mungkin membutuhkan waktu satu minggu. Dengan kata lain, tim yang bertugas harus menyesuaikan timeline dengan jadwal real participant.

3. Berpotensi mengabaikan ekosistem lain yang justru bisa menjadi solusi

Dalam design thinking, perusahaan biasanya terlalu berfokus pada hal yang menjadi permasalahan user. 

Padahal, terkadang ada pihak lain yang jadi bagian dari ekosistem, contohnya tim internal. Untuk memecahkan masalah yang dialami pengguna, tentunya tim internal memiliki beban kerja lebih berat.

Maka dari itu, seharusnya perusahaan tak hanya memikirkan calon konsumen, tapi juga memikirkan staff-nya.

4. Jarang memperhatikan worstcase

Secara garis besar, dalam konsep design thinking, perusahaan seringkali terlalu menyederhanakan masalah yang sedang dihadapi.

Berangkat dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, mereka cenderung melakukan proses kreatif dengan merancang tujuan yang ideal melalui skenario kasus terbaik.

Padahal, pada dasarnya, cara yang lebih baik untuk menggabungkan idealisme dan realita adalah memulai dengan skenario kasus terbaik (sebagai dasarnya), kemudian menggali lebih dalam untuk mempertimbangkan skenario negatif yang mungkin dapat terjadi di masa yang akan datang.

 

Apakah Design Thinking Dibutuhkan?

Dibandingkan mengeluarkan inovasi produk yang nantinya tidak digunakan, perusahaan atau organisasi berupaya untuk melihat apa yang benar-benar dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.

Maka dari itu, fokus utama design thinking adalah kepentingan manusia sebagai pengguna dari sebuah produk. Namun, hal ini tak membuat inovasi diabaikan. Kita harus mengetahui terlebih dahulu sebelumnya terkait kebutuhan perusahaan untuk mengatasi masalah.

Proses inovasi ini sangat berguna untuk mendapatkan pemecahan masalah yang tidak jelas atau sesuatu yang tidak diketahui. Ini harus menjadi pokok bahasan yang tak boleh dilewatkan bagian pengembangan kapasitas manusia learning and development (L&D) dalam perusahaan.

Selain itu, tim L&D bisa menggunakan pola pemikiran desain (design thinking) untuk menemukan ide yang lebih baik dan inovasi baru dari organisasinya.

Merujuk dari laporan Global Human Capital yang dipublikasikan Deloitte tahun 2016 berjudul ‘Crafting the employee experience’, disebutkan design thinking menjadi masalah penting yang dihadapi Human Resources dan Learning Development.

Namun, lebih dari 70 persen manajer SDM mengungkapkan bahwa banyak program pelatihan yang ketinggalan zaman. Mereka menyebut menempatkan karyawan sebagai pusat pertimbangan dapat membantu tim merancang L&D dengan efisiensi.

Design thinking adalah pendekatan untuk mengembangkan inovasi bisnis yang cukup populer diterapkan di berbagai perusahaan ternama – khususnya di bidang teknologi.

Baca Juga: Cara Membangun Self-management Skill untuk Mengembangkan Karakter

 

Apa Saja 5 Tahapan Design Thinking? (Elemen Design Thinking)

Stanford School of Design adalah salah satu sekolah desain terbaik di Amerika Serikat dan tempat lahirnya teori desain pemikiran. Profesor David Kelley, pendiri sekolah, menyebutkan ada lima tahap atau lima elemen proses design thinking.

Apa saja langkah penerapan design thinking? Tahap-tahapan ini adalah empathize, define ideate, prototype, dan test. Berikut penjelasannya:

elemen design thinking

1. Empathize

Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah membangun empati dengan pengguna. Empathize atau empati dapat dilakukan dengan menekankan emosi pada perspektif pemikiran pengguna. Anda bisa mencoba merasakan emosi dari sisi pengguna, kemudian Anda akan memahami posisi dan perasaan pengguna.

Dengan memahami psikologi orang, maka akan mudah mengidentifikasi masalah dan memahami solusi dari permasalahan yang dihadapi. Solusi yang ada digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

Langkah nyata yang bisa dilakukan dalam tahapan empathize atau empati adalah memerhatikan umpan balik dari pengguna produk atau output yang dikembangkan dalam produk. Kemudian konsultasikan hal tersebut dengan berbagai pihak ahli untuk memudahkan dan memecahkan masalah.

Tidak hanya harus mengembangkan keuntungan dalam bisnis, kita perlu meningkatkan hubungan dengan pengguna, agar masalah yang ditemukan perusahaan dapat diselesaikan.

2. Define 

Langkah kedua adalah mendefinisikan ulang (define). Apa tujuan dari define dalam design thinking? Anda dihadapkan untuk mendefinisikan masalah dari informasi atau umpan balik yang terkumpul dari tahapan sebelumnya.

Selain itu,  Anda penting untuk memperhatikan psikologi pengguna. Tekankan dan tuliskan masalah dalam satu atau dua kalimat singkat terkait masalah yang mereka hadapi.

3. Ideate

Apa yang dimaksud dengan Ideate? Dalam tahap ini, Anda diajak untuk mengumpulkan ide, lalu menentukan dan mencari solusi tentang masalah yang ada. Oleh karena itu, proses brainstroming akan melahirkan ide-ide inovatif yang diinginkan sebagai pemecahan masalah.

Dalam proses ini, Anda dapat menemukan solusi melalui beberapa tools atau alat, misalnya menggunakan kerangka berpikir (mind mapping) hingga brainstroming. Dengan membuat kerangka berpikir, perusahaan dapat mengembangkan sebuah produk secara efektif.

4. Prototype 

Setelah brainstorming, Anda akan memiliki banyak solusi. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi solusi dan membuatnya dalam bentuk prototipe.

Membuat prototipe berarti menciptakan perubahan akhir, penambahan bentuk, atau fitur baru dari suatu produk. Prototype ini merupakan visualisasi dari bentuk nyata solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada.

5. Test

Pada tahap terakhir, setelah pembuatan prototipe selesai, Anda harus menguji secara langsung prototype yang telah dibuat. Banyak orang menganggap tahap uji coba sebagai langkah opsional, tetapi sebenarnya tidak.

Penting untuk dipahami, bahwa umpan balik dari produk pengujian seringkali memungkinkan jadi bahan evaluasi dari solusi. Ini adalah proses yang baik untuk menjawab pertanyaan apakah perusahaan mendapatkan dampak positif atau sebaliknya? Hal ini dilakukan untuk menentukan apakah ide yang telah dihasilkan efektif atau tidak.

 

Manfaat Design Thinking di Perusahaan

Mengaplikasikan design thinking di perusahaan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Pola pikir design thinking jadi jembatan tujuan bisnis dan pengembangan kapasitas karyawan

Bicara soal tujuan bisnis, pastinya mengejar keuntungan atau biasa disebut dengan Return of Investment (ROI). Tak dipungkiri hal tersebut sering bertentangan dengan tujuan pengembangan kapasitas karyawan. Apalagi dalam proses pelatihan pastinya butuh biaya tersendiri.

Kehadiran design thinking bermanfaat dalam proses penghematan pengeluaran. Selain menghemat pengeluaran, hal ini dapat meningkatkan ROI perusahaan.

2. Design thinking berfokus pada solusi

Mayoritas perusahaan sangat menghargai pengalaman pelanggan. Dengan demikian, design thinking yang berfokus pada pengalaman karyawan dengan memberi mereka solusi yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Konsep tersebut selaras dengan experiental learning yang dicetuskan David Kolb.

3. Menciptakan hubungan lebih erat dengan pelanggan (loyalitas)

Design thinking mampu menyediakan teknologi pembelajaran yang lebih berkaitan dengan keseharian pelanggan. Dalam organisasi, pelanggan yang dimaksud adalah karyawan.

Pelatihan yang diterapkan dengan mengedepankan design thinking akan menghasilkan pengembangan kapasitas yang senada dengan masalah keseharian. Fokus pelatihan yang berporos pada karyawan cenderung menumbuhkan loyalitas pegawai dalam perusahaan.

4. Menciptakan ide-ide dan solusi yang inovatif

Design thinking menekankan pada pencarian solusi. Dengan menerapkan metode ini, akan banyak ide yang bisa dikembangkan. Perusahaan juga dapat menciptakan berbagai inovasi terbaik yang menguntungkan dengan design thinking.

Ide atau inovasi tersebut bernilai mahal karena bisa membantu pengembangan perusahaan. Pola pikir kreatif ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Sehingga masalah yang ada dalam bisnis dapat teratasi.

5. Lebih efisien dan bisa diterapkan di berbagai bidang

Pendekatan yang solutif dari design thinking bisa digunakan di berbagai bidang perusahaan. Apalagi design thinking ini menekankan pada sisi pelanggan atau pengguna.

Keberadaan perusahaan baik jasa maupun barang, pastinya tetap memerlukan masukan atau umpan balik yang membangun dari pelanggan guna meningkatkan produk/jasanya.

Kalau ingin membangun design thinking untuk perusahaan Anda, kini RuangKerja memiliki pelatihan fitur-fitur yang dapat mendukung suksesnya pengembangan pola pikir design thinking untuk karyawan. Apalagi Ruangkerja dilengkapi dengan fitur-fitur sebagai berikut:

  1. Rewards point, peserta dapat memperoleh poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah sesuai keinginan perusahaan.
  2. Leaderboards, memicu peserta untuk menyelesaikan pelatihan dengan skor tinggi.
  3. Collaboration, setiap peserta dapat berkolaborasi dengan peserta lainnya melalui forum diskusi.

Berbagai perusahaan telah bergabung dengan Ruangkerja, kini giliran Anda! Tunggu apalagi?

[IDN] CTA Tengah 1 Blog Ruangkerja Pelatihan Efektif RGFB

Referensi:

Granahan, Lauren. Dygert, Clare. 2019. Design Thinking: Creating Authentically Learner-Centric Solutions [online]. Link: https://trainingindustry.com/magazine/nov-dec-2019/design-thinking-creating-authentically-learner-centric-solutions/ (Accessed: 26 Oktober 2021).

de Geus, Marijn. 2017. 4 Principles of Design Thinking that Improve Learning and Development [online]. Link: https://trainingindustry.com/articles/learning-technologies/4-principles-of-design-thinking-that-improve-learning-and-development/ (Accessed: 26 Oktober 2021).

Salem, Fadi. Bhavaraju, Jacqueline. 2021. Transform Your Learning Experiences With Design Thinking: 4 Tips to Consider [online]. Link:https://trainingindustry.com/articles/content-development/transform-your-learning-experiences-with-design-thinking-4-tips-to-consider/ (Accessed: 26 Oktober 2021).

InfoART. 2021. Mosaic Background Stanford’s Design Thinking Process Strategic Analysis [online]. Link:https://online.visual-paradigm.com/infoart/templates/strategic-analysis/mosaic-background-stanford%E2%80%99s-design-thinking-process-strategic-analysis/ (Accessed: 26 Oktober 2021).

Accenture. 2020. Why people are at the center of design thinking [online]. Link: https://www.accenture.com/us-en/blogs/blogs-careers/why-people-are-at-the-center-of-design-thinking (Accessed: 26 Oktober 2021).

Artikel ini ditulis pertama kali oleh Vindiasari Yunizha, kemudian diperbarui oleh Intan Aulia Husnunnisa pada tanggal 9 Desember 2022.

Intan Aulia Husnunnisa

Intan Aulia Husnunnisa, biasa dipanggil Intan. Menikmati dunia SEO Content Writing sejak 2020. Semoga tulisanku bermanfaat!