Tips Menyusun Pelatihan Online yang Ramah Bagi Generasi Baby Boomers

baby-boomers-pelatihan-online

Artikel ini membahas alasan baby boomers sulit terkoneksi dengan pelatihan online dan tips mendesain pelatihan online yang ramah untuk baby boomers.

Pelatihan karyawan dilakukan untuk meningkatkan skill karyawan agar mampu memenuhi standar perusahaan dan menyesuaikan dengan tren masa kini. Sejalan dengan perkembangan teknologi, pelatihan yang biasanya dilakukan secara konvensional, kini dapat dilakukan secara online. Dilansir dari trainingindustry.com, sebanyak 70% perusahaan sudah berinvestasi untuk pelatihan online.

Pelatihan online menjadi pilihan banyak perusahaan karena memberikan berbagai benefit bagi karyawan dan perusahaan. Namun, perlu diingat bahwa dalam sebuah perusahaan, tentu tidak hanya ada satu generasi, melainkan multigenerasi. Mulai dari generasi baby boomers sampai milenial. Ada kesenjangan generasi di dalamnya, seperti perbedaan umur, perilaku, hingga pandangan.

Baby boomers adalah generasi yang lahir pada tahun 1946-1964, masa di mana teknologi belum secanggih sekarang. Berbeda dengan generasi milenial yang lahir pada 1981-1996. Mereka lahir di tengah kemajuan teknologi. Karena ini, terdapat perbedaan kemampuan baby boomers dan milenial dalam menggunakan teknologi. Ini didukung survei yang dilakukan USC Annenberg Center for the Digital Future dan Bovitz Inc, 2 dari 3 generasi milenial mengatakan bahwa mereka berada di tingkat atas dalam menggunakan teknologi. Sedangkan 53% baby boomers menempatkan diri mereka di tingkat menengah dalam penggunaan teknologi.

perbedaan-baby-boomers-milenial-di-tempat-kerjaPerbedaan generasi milenial dan baby boomers di tempat kerja. (Sumber: facebook.com/ruangkerjabyruangguru)

Melihat kesenjangan ini, perusahaan perlu menyusun pelatihan online yang ramah untuk baby boomers. Jika baby boomers bisa menggunakannya, tentu generasi sesudahnya juga bisa. Untuk itu, Anda perlu mengetahui apa alasan yang membuat baby boomers sulit terkoneksi dengan pelatihan online.

Berikut adalah beberapa alasannya:

1. Kurangnya interaksi sosial

Baby boomers terbiasa dengan pelatihan konvensional yang mana interaksi antar peserta pelatihan dan instruktur dilakukan secara tatap muka. Pelatihan online memang memiliki model interaksi yang berbeda dengan pelatihan konvensional.  Tapi bukan berarti tidak ada interaksi sosial di dalamnya. Setiap peserta dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan peserta lainnya atau instruktur pelatihan dengan memanfaatkan media yang digunakan. Misalnya, forum diskusi atau grup online.

2. Teknologi

Menurut Fozahl dan Wahl (2012), generasi baby boomers yang tidak native terhadap teknologi akan kesulitan menerima berbagai tipe teknologi. Selain itu, generasi ini agak sulit beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi di tempat kerja. Banyak generasi baby boomers yang familiar dengan berbagai teknologi seperti laptop, tablet, dan smartphone, namun hanya sampai taraf tertentu. Mereka khawatir pelatihan online tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka karena mereka tidak memiliki keterampilan teknologi yang diperlukan.

3. Tidak melihat nilai praktis dari pelatihan

Baby boomer adalah generasi yang sangat mengutamakan kepraktisan dan kegunaan (pragmatis). Harus ada alasan praktis mengapa mereka harus meluangkan waktu untuk mengikuti pelatihan online. Misalnya, apakah materi pelatihan online bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata atau tidak, serta bagaimana cara mengaplikasikannya? Jadi Anda harus memastikan bahwa materi pelatihan ini bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata atau bisa memudahkan pekerjaan mereka.

Baca Juga: Apa itu LMS dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Produktivitas Karyawan

Setelah mengetahui beberapa alasan mengapa baby boomers sulit terkoneksi dengan pelatihan online, maka Anda dapat menyusun pelatihan online yang ramah untuk generasi mereka. Berikut tipsnya:

1. Menggunakan metode micro-learning

Micro-learning adalah sistem pencacahan materi pelatihan menjadi segmen-segmen kecil. Ini membantu peserta mempelajari materi pelatihan dengan fokus. Selain itu, materi yang ringkas dan padat lebih mudah dipahami dan diingat. Berbeda dengan sistem macro-learning yang mana materi disampaikan dalam konten panjang. Peserta jadi lebih mudah bosan dan lupa karena terlalu banyak informasi yang masuk bersamaan. Selain itu, metode ini juga sangat aplikatif untuk pembelajaran menggunakan ponsel.

Baca juga: Ampuhnya Metode Micro-Learning untuk Pembelajaran Online

2. Mobile learning

Ponsel atau perangkat seluler adalah teknologi yang digunakan oleh siapapun, dari semua generasi. Oleh karena itu, Anda dapat mendesain pelatihan online yang mendukung sistem pembelajaran seluler atau mobile learning. Selain itu, pastikan user interface dan menu yang ada  sederhana serta mudah dipelajari. Selain perangkat yang sudah familiar, mobile learning juga mendukung pelatihan yang lebih fleksibel. Peserta pelatihan dapat mengakses kelas pelatihan kapan pun di mana pun dengan ponsel mereka.

mobile-learningMobile learning untuk pelatihan online. (Sumber: facebook.com/ruangkerjabyruangguru)  

3. Gamifikasi

Gamifikasi pertama kali diciptakan oleh Nick Pelling pada tahun 2002. Ini adalah pendekatan bermain sambil belajar yang sering digunakan dalam bentuk challenges, leaderboards, scores, instant feedback, badges, dan competition. Gamifikasi membuat pelatihan menjadi lebih menyenangkan dan membuat peserta pelatihan lebih terlibat. Anda bisa memberikan studi kasus untuk dapat dipecahkan oleh peserta. Peserta pelatihan dengan segala usia dapat menikmati dan berpartisipasi dalam pemecahan masalah.

Baca juga: Jadikan Karyawan Lebih Aktif melalui Gamifikasi di Pelatihan Online

4. Sederhana dan mudah dipahami

Siapa pun pasti menginginkan kemudahan dalam belajar. Baik generasi baby boomers dan generasi milenial. Untuk itu, Anda bisa membuat pelatihan online yang sederhana dan mudah digunakan. Seperti UI/UX yang interaktif dan responsif. 

Agar seluruh karyawan paham teknologi yang Anda gunakan, berikan panduan penggunaan teknologi serta pemecahan masalah yang mungkin terjadi. Berikan juga kontak yang dapat dihubungi untuk mendapatkan bantuan ketika mengalami kendala dalam penggunaan teknologi pelatihan.

5. Fitur kolaborasi

Seperti yang telah kita ketahui, baby boomers menginginkan interaksi sosial dalam pelatihan online. Untuk itu, Anda perlu menyusun pelatihan online dengan fitur kolaborasi grup secara online atau forum diskusi. Jadi, setiap peserta dapat saling berkolaborasi dan berdiskusi dengan peserta pelatihan lainnya atau dengan instruktur. Selain itu, setiap peserta juga dapat berbagi kesulitan dan memecahkan masalah bersama melalui forum diskusi ini.

 

ruangkerja dapat menjawab kebutuhan Anda untuk melaksanakan pelatihan yang ramah untuk multigenerasi, karena ruangkerja dilengkapi dengan beberapa fitur seperti:

    1. Collaboration, memungkinkan setiap peserta untuk dapat berkolaborasi dengan peserta lainnya atau dengan ahli melalui forum diskusi. 
    2. Mobile learning, belajar jadi lebih fleksibel. Peserta dapat menyelesaikan pelatihan kapan saja di mana saja tanpa mengganggu jam kerja.
    3. Learning journey, dengan pendekatan belajar yang terstruktur dan sistematis cocok untuk karyawan atau profesional yang sibuk.

Nikmati pelatihan online untuk karyawan dengan berbagai fitur dan kemudahan hanya dalam satu genggaman bersama ruangkerja.

[IDN] CTA Bawah Blog Ruangkerja Pelatihan Karyawan RGFB

 

Referensi: 

Papas, Christopher. 2019. ‘7 Reason Why Baby Boomers Cannot Connect With Your Online Training Course’ [daring]. Tautan: https://elearningindustry.com/reasons-baby-boomers-connect-online-training-course (Diakses pada: 05 April 2021)

Khouri, Chris. 2019. ‘Tips To Tailor Your Training To A Multigenerational Workforce’ [daring]. Tautan: https://elearningindustry.com/tailor-training-multigenerational-workforce-tips (Diakses pada: 07 April 2021)

Hicks, Megan. 2016. ‘Designing eLearning for Baby Boomers? Start here!’ [daring]. Tautan: https://www.shiftelearning.com/blog/what-if-your-elearning-audience-are-baby-boomers (Diakses pada: 07 April 2021)

IMS Technology Service. ‘ Generation Gap: Technology Usage in the Workplace’ [daring]. Tautan: https://imsts.com/generation-gap-technology-usage-in-the-workplace (Diakses pada 06 April 2021)

Devi Lianovanda