Bagaimana Menciptakan Keamanan Psikologis dalam Lingkungan Kerja Virtual?

keamanan psikologis kerja virtual

Artikel ini menjelaskan tentang cara sebuah perusahaan menciptakan suasana aman untuk psikologis karyawan dalam sistem kerja online. Seperti apa itu? Simak penjelasannya.

 

Perubahan budaya kerja pada masa pandemi Covid 19 menjadi tantangan tersendiri bagi para pemimpin perusahaan maupun organisasi. Salah satu hal yang menjadi fokus utama, yakni mengoptimalkan kinerja karyawan, meskipun menerapkan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). 

Banyak pemimpin perusahaan terus memikirkan regulasi, perencanaan, dan panduan untuk karyawan yang bekerja dari rumah. Apalagi pandemi Covid 19 telah berlangsung selama lebih dari setahun, sudah pasti harus ada inovasi dan perbaikan sistem agar lingkungan kerja menjadi semakin optimal dan efektif. 

Menerapkan sistem kerja virtual selama pandemi ternyata memberikan dampak terhadap kesehatan mental masyarakat, khususnya karyawan. Mengutip dari pernyataan Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

“Dampak pandemi terhadap kesehatan mental masyarakat sudah sangat mengkhawatirkan. Isolasi sosial, ketakutan akan penularan, dan kehilangan anggota keluarga diperparah oleh penderitaan yang disebabkan oleh hilangnya pendapatan dan seringkali pekerjaan.” 

Merujuk hasil penelitian global dari lembaga Oracle, menunjukkan bahwa terdapat 78% karyawan mengalami dampak kesehatan mental di dunia kerja selama pandemi Covid 19. Tak sedikit karyawan yang merasa keamanan psikologis terganggu lantaran bekerja sekaligus melakukan pekerjaan domestik di rumah. 

Dampak perubahan budaya kerja ini bagi karyawan, seperti mengalami kesepian, merasa terasing dan tak bisa bersosialisasi karena pandemi, burnout, merasa tidak bisa membagi waktu bekerja dan hidup (work life balance terganggu), dan stres.

chart oracleSumber: AI@Work Study 2020 by Oracle

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberikan arahan terkait pentingnya sebuah instansi/ lembaga untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mental bagi karyawan. Penelitian terbaru dari McKinsey menyebut, organisasi atau perusahaan dapat menerapkan keamanan psikologis  (psychological safety) yang mampu menunjang produktivitas dan kesehatan mental karyawan.

Dalam penelitian disebutkan keamanan psikologis dapat tercipta bergantung pada pemimpin. Apakah pemimpin mampu menciptakan iklim, pola pikir, dan perilaku yang tepat dalam tim. Di samping itu, jika pemimpin mampu mengembangkan keamanan psikologis, maka kesuksesan tim akan mudah terwujud. 

Keamanan psikologis muncul sejak tahun 1960-an. Seorang profesor Harvard, Amy Edmondson menyebutkan bahwa, keamanan psikologis adalah seseorang tidak akan dihukum atau dipermalukan jika bertanya, berpendapat, khawatir atau melakukan kesalahan. Konsep keamanan psikologis semakin gencar diterapkan mengingat pandemi Covid 19 telah mengubah perilaku karyawan. Adaptasi bekerja secara jarak jauh merupakan tantangan yang dihadapi dalam perusahaan. Keamanan psikologis ini membantu karyawan menyeimbangan tantangan hidup saat pandemi sehingga produktivitas dan kinerja tidak terganggu.  

Dengan menerapkan keamanan psikologis di lingkungan kerja secara virtual akan ada banyak manfaat yang diperoleh, antara lain kerja tim terbentuk solid, tim memiliki keaktifan dalam bekerja,  meningkatkan kepuasan kerja, serta kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Dengan suasana kerja yang demikian pastinya karyawan akan mudah memberikan masukan dan ide cemerlang untuk mendorong inovasi dan produktivitas dalam bekerja. 

Adapun langkah yang bisa dilakukan pemimpin untuk mewujudkan keamanan psikologis antara lain: 

Baca juga: 4 Perubahan Metode Pelatihan Adaptif Akibat Covid 19

Pemimpin menyadari pentingnya psikologis di dunia kerja 

Bekerja secara virtual bukan hanya tantangan bagi pemimpin, melainkan bagi semua karyawan. Oleh sebab itu, pemimpin harus senantiasa menyadari pentingnya kesehatan mental di tempat kerja. Bekerja pada situasi yang tidak pasti sering menimbulkan kecemasan tersendiri, oleh sebab itu pemimpin perlu menyadari kondisi tersebut dan berusaha mengurangi dampak negatif bekerja secara virtual selama pandemi. 

Contoh perilaku pemimpin yang mendukung adanya keamanan psikologis di antaranya: 

  1. Mengakui kesalahan jika berbuat keliru 

Dengan mengakui kesalahan, pemimpin telah selangkah lebih maju dalam kesetaraan dalam organisasi. Tidak memandang status, jika salah maka berani mengakui kesalahannya. 

  1. Memberikan umpan balik dengan pertanyaan terbuka 

Memberikan umpan balik terhadap karyawan sering kali dianggap bumerang. Tak sedikit pemimpin yang kesulitan menyampaikan masukan untuk kinerja karyawan karena takut salah persepsi. Ada baiknya gunakan pertanyaan terbuka untuk memancing kritikan atau masukan.

  1. Mengundang orang-orang dengan beragam latar belakang untuk memimpin rapat atau diskusi 

Terus mencari cara baru atau untuk tetap terhubung tanpa merasa kelelahan atau bosan.Kelelahan rapat secara virtual bukan hal sepele. Masalah tersebut bisa menghambat performa dari karyawan. Gunakan fitur permainan online dengan penyampaian yang seru sebagai sarana penyegaran selama rapat virtual. 

  1. Menciptakan komunikasi yang efektif  

Terapkan komunikasi yang efektif untuk menghindari kesalahpahaman selama bekerja virtual. Selain itu, berikan perhatian penuh pada rapat virtual. Dengarkan tanpa memberikan penghakiman. Amati gerakan nonverbal yang menunjukkan sinyal stres atau tidak nyaman. 

Dalam rapat, coba bangun komunikasi dua arah di mana siapapun bisa memberikan pendapatnya tanpa merasa takut. Dengan begitu, komunikasi berlangsung lebih hidup. 

 

Mengukur keamanan psikologis versi karyawan

Untuk meningkatkan kenyamanan bekerja selama virtual, ada baiknya pemimpin meminta saran dan masukan dari karyawan. Cara yang ditempuh bisa dengan membagikan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang apa yang diinginkan karyawan untuk meningkatkan keamanan psikologis. 

 

Mengadakan pelatihan untuk peningkatan kapasitas karyawan

pexels-edward-jenner-4031817

Sumber: Edward Jenner from Pexels

Mengubah budaya kerja tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu adanya tahapan-tahapan yang dilalui. Namun tak perlu khawatir, proses mengubah budaya kerja bisa melalui pelatihan. 

Mengadakan pelatihan adalah bagian dari pendekatan holistik untuk mendorong rasa hormat, inklusi, dan rasa memiliki, pelatihan berbasis perilaku tentang keselamatan psikologis. Melibatkan karyawan secara aktif dalam pelatihan, mampu meningkatkan produktivitas dan kesehatan mental karyawan. 

Era pandemi seperti sekarang, pelatihan bisa dilakukan secara online. Melalui Ruangkerja, Anda bisa mengajak tim untuk meningkatkan perubahan kerja yang mendukung keamanan psikologis.

Dalam pelatihan online, karyawan diberikan wadah untuk saling terbuka dengan hambatan yang dialami, dengan sistem yang sangat mudah dan efektif. Kemudian dapat saling mencari solusi atau inovasi terbaik untuk meningkatkan kinerja dalam tim.

 

Apresiasi karyawan atau tim

Pemimpin sebaiknya memberikan apresiasi kepada tim atas kinerjanya. Membiasakan memberikan apresiasi atau pengakuan merupakan cara lain untuk membangun relasi yang baik dengan karyawan. Dengan begitu, karyawan merasa dihargai dan memiliki andil dalam perusahaan. 

Contoh nyata yang paling sederhana adalah mengucapkan terima kasih kepada karyawan atas kinerja dan kerja keras selama ini. 

Dalam survei yang dipublikasikan Workhuman, sebanyak 1000 karyawan sebagai responden menyebut 48% karyawan yang kadang-kadang mendapat ucapan terima kasih dari atasan atau kolega. 

Ketika ditanya apa yang bisa membuat karyawan merasa lebih dihargai di tempat kerja, ucapan terima kasih dari pimpinan dan dukungan untuk momen pribadi/profesional datang setelah menerima bonus.

Oke, bagi Anda yang sedang mencari platform untuk membantu mengadakan pelatihan karyawan, ruangkerja siap membantu perusahaan Anda.  Karena ruangkerja dapat melaksanakan pelatihan yang ramah untuk multigenerasi, yang mana juga dilengkapi dengan beberapa fitur seperti:

  1. Collaboration, memungkinkan setiap peserta untuk dapat berkolaborasi dengan peserta lainnya atau dengan ahli melalui forum diskusi. 
  2. Mobile learning, belajar jadi lebih fleksibel. Peserta dapat menyelesaikan pelatihan kapan saja di mana saja tanpa mengganggu jam kerja.
  3. Learning journey,dengan pendekatan belajar yang terstruktur dan sistematis cocok untuk karyawan atau profesional yang sibuk.

[IDN] CTA Bawah Blog Ruangkerja Pelatihan Karyawan RGFB

Sumber: 

Oracle.2021. As Uncertainty Remains, Anxiety and Stress Reach a Tipping Point at Work [online]. Link: https://www.oracle.com/a/ocom/docs/applications/hcm/2020-hcm-ai-at-work-study.pdf  (accessed: 12 August 2021).

Rawson, Andrew. 2021. Creating Psychological Safety in a Virtual Environment [online]. Link: https://trainingindustry.com/articles/strategy-alignment-and-planning/creating-psychological-safety-in-a-virtual-environment/  (Accesed: 12 August 2021).

Paul, Anjali. 2020. The Psychological Impact of Working From Home [online]. Link: https://pearsonclinical.in/the-psychological-impact-of-working-from-home/  (accesed: 12 August 2021).

McKinsey. 2021. Psychological safety and the critical role of leadership development [online]. Link: https://www.mckinsey.com/business-functions/organization/our-insights/psychological-safety-and-the-critical-role-of-leadership-development# (accessed: 12 August 2021).

Arifin, Syamsul. 2020. ‘Psychological Safety (Perspektif Prof Amy C Edmondson)’ [online]. Link: http://www.syamsularifin.org/2020/10/psychological-safety-perspektif-prof.html (accessed: 12 August 2021).

Vindiasari Yunizha