Strategi Pemimpin dalam Membangun Ketangguhan Karyawan

membangun ketangguhan karyawan

Membangun ketangguhan karyawan sangat penting bagi perusahaan, di tengah dinamika perubahan tren masyarakat dan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Selama pandemi Covid 19, tak sedikit karyawan yang merasa kesulitan untuk membedakan waktu bekerja dan beraktivitas lainnya. Bekerja dari rumah membuat karyawan banyak yang mengalami gangguan mental. 

Pemimpin perusahaan maupun pegawai sama-sama mengalami tekanan yang sama karena perubahan budaya kerja. Tak jarang ada karyawan yang belum mampu beradaptasi hingga merasa terpuruk. Kondisi tersebut menjadi tren utama yang jadi fokus di dunia kerja pada 2020-2021. 

Dalam studi “A Post-Pandemic Workforce: Tracking Perspectives Amid COVID-19,” lembaga penelitian Always Design for People (ADP) menemukan bahwa dalam beberapa minggu pertama pandemi Covid 19, banyak karyawan yang mengalami peningkatan stres pribadi sebesar 40%. Mereka mengalami kendala ketika harus bekerja sekaligus mengurus anak. Di samping itu, mereka juga mengalami kepanikan terhadap virus Covid 19 dan kesulitan terkait tugas kantornya. 

Topik mengenai ketangguhan (resilience) dan keamanan (safety) seputar kesehatan mental menjadi fokus utama di dunia kerja. Menurut data ADP, pemberi kerja pun mulai mencari cara dan meminta panduan tentang masalah kesehatan, termasuk tunjangan, cuti berbayar dan program bantuan karyawan.

Selama pandemi Covid 19, perusahaan mulai sadar akan ketangguhan (resilience) dan safety dari karyawannya. Merujuk pada penelitian ADP terdapat lima tren utama yang membentuk angkatan kerja pada 2021.

5 strategi membangun ketangguhan karyawan

Resilience dalam psikologi bermakna kemampuan seseorang beradaptasi dalam menghadapi kesulitan. Di tempat kerja, resilience atau ketangguhan ini menjadi sikap yang harus dimiliki oleh setiap karyawan, terlebih mereka yang bekerja dalam tim. Tak sedikit karyawan yang sering menghadapi tantangan dalam bekerja karena rekan timnya. Oleh sebab itu, resilience dalam dunia kerja merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan produktivitas, komitmen karyawan dalam organisasi, maupun kepuasan karyawan saat bekerja. 

Konsep resilience ini diartikan pula sebagai pribadi yang tangguh dan tahan banting seperti diungkapkan oleh peneliti sekaligus penulis buku “Resilience at Work: How to Succeed No Matter What Life Throws at You” Salvatore Maddi dan Deborah Khoshaba. Mereka mengungkapkan fakta dari konsultasi, penilaian, dan pelatihan selama bertahun-tahun di Hardiness Institute. Maddi dan Khoshaba percaya bahwa pribadi yang tahan banting mampu menarik diri dan menemukan solusi untuk masalah dan berinteraksi dengan tantangan secara langsung. 

Ketika dihadapkan dengan tantangan yang memicu stres, mentalitas seseorang akan berkembang dan menjadi tahan banting. Tujuan menciptakan karyawan yang tangguh adalah untuk menanamkan praktik-praktik resilience dalam landasan sosial di organisasi. Pemimpin memiliki kekuatan untuk memengaruhi lingkungan kolektif organisasi. Selain itu, bisa menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang sigap pada karyawan jika dihadapkan pada situasi tertentu.

Lantas bagaimana pemimpin perusahaan mampu membangun mental yang tangguh dan tahan banting pada karyawannya?

Baca juga: Tips Membangun Growth Mindset antar Karyawan di Perusahaan

Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa tips yang dapat diambil pemimpin untuk meningkatkan ketangguhan para karyawannya antara lain:

 

1. Merekrut calon karyawan yang punya kepribadian tangguh

Merujuk pada publikasi berjudul “Whatever does not kill us: cumulative lifetime adversity, vulnerability, and resilience” memaparkan bahwa kesulitan yang dialami di masa lalu mampu membangun individu menjadi lebih kuat. Selain itu, kepribadian tersebut membuat pribadi menjadi lebih siap menghadapi tantangan masa depan. 

Pemimpin bisa memiliki karyawan yang tangguh dengan memulainya dari proses rekrutmen. Proses untuk mengetahui karakter seseorang bisa melalui proses wawancara. Pilih pertanyaan yang bisa memicu pelamar untuk menceritakan pengalaman menantang di masa lalunya.  

Adapun contoh pertanyaan yang dimaksud seperti bagaimana pelamar beradaptasi dengan perubahan, stres, dan tantangan di masa lalu? Pendekatan ini membutuhkan lebih banyak penekanan pada bagaimana kandidat bertindak dalam mengatasi situasi yang menantang? Apakah ada hasil yang diinginkan dari situasi tersebut? 

 

2. Bangun citra karyawan yang tangguh

Membangun karyawan yang tangguh bukan perkara sulit. Kendati begitu, perlu ada strategi yang bisa membentuk kepribadian dari karyawan. Tentunya dimulai dari tipe kepemimpinan yang membuka kesempatan akan perubahan. 

Dalam buku “Positive Leadership: Strategies for Extraordinary Performance“, sang penulis, Kim Cameron, seorang profesor di University of Michigan dan salah satu pendiri Center for Positive Organizational Scholarship, menggambarkan “kepemimpinan positif” sebagai pengembangan dan penerapan empat aspek sosio-psikologis. Sumber daya yang dikenal sebagai 4P:

Positive climate: menumbuhkan iklim positif melalui berbagi pengalaman, emosi, dan interpretasi positif. 

Positive meaning: mendorong komunikasi positif dengan memberikan dukungan bagi karyawan untuk mencapai makna dan tujuan dalam bekerja. 

– Positive communication: membina hubungan positif melalui interaksi interpersonal yang menjadikan pengalaman atau kegagalan sebagai pembelajaran.

Positive relationships: memberikan afirmasi positif sehingga membuka peluang untuk umpan balik dari karyawan.

 

3. Menerapkan konsep 3C Hardiness dari Suzanne Kobasa

Suzanne Kobasa adalah peneliti yang mengenalkan konsep ketangguhan psikologis (hardiness) pada 1979. Konsep tersebut telah dipublikasikan dengan judul ‘Stressful life events, personality, and health: An inquiry into hardiness’, yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, ketangguhan sendiri merupakan pola kepribadian yang berhubungan dengan kesehatan dan kinerja seseorang di bawah tekanan.  

Menurutnya, orang-orang yang kuat ditopang dari situasi kehidupan penuh tekanan. Hal tersebut terjadi karena mereka terlibat dalam respons afektif, kognitif, dan perilaku tertentu. 

Konsep 3C yang dimaksud adalah komitmen (commitment), kontrol (control), dan tantangan (challenge). Komitmen mengacu pada perilaku tindak lanjut pemimpin dalam membangun tujuan dan merinci ke cara-cara yang dapat dicapai. 

Saat merasa stres, biasanya seseorang akan lepas kontrol dalam menghadapi tantangan. Sebaiknya pemimpin memiliki fokus agar karyawan juga belajar mengatasi tantangan. 

Orang yang tangguh melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang. Mereka mengadopsi pola pikir berkembang (growth mindset) untuk mendorong diri mereka dan orang lain untuk mengidentifikasi manfaat dari suatu situasi.

Secara tidak langsung ketangguhan psikologis dapat secara positif mengubah budaya organisasi, itu membutuhkan kepemimpinan. Para pemimpin tidak dapat memaksa karyawan untuk bekerja saat di bawah tekanan. Kendati demikian, sering kali kondisi stres tersebut justru bisa membuat sumberdaya berkembang. 

Salah satu langkah yang bisa dilakukan pemimpin untuk menumbuhkan resilience pada karyawan adalah lewat pelatihan ketahanan (resilience training). Pembinaan tersebut bertujuan untuk membangun ketangguhan mental dan meningkatkan kemampuan karyawan untuk mampu menghadapi tantangan di dunia kerja. 

Selain itu pelatihan juga bisa membantu karyawan untuk beradaptasi dengan perubahan. Ketika pandemi Covid 19 masih berlangsung, kegiatan pelatihan bisa dilakukan secara virtual atau tatap muka langsung dengan peserta terbatas. 

Ruangkerja menyediakan fitur-fitur yang dapat mendukung suksesnya pengembangan blended learning untuk pelatihan di perusahaan Anda. Karena ruangkerja dilengkapi dengan fitur-fitur sebagai berikut:

  1. Rewards point, peserta dapat memperoleh poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah sesuai keinginan perusahaan. 
  2. Leaderboards, memicu peserta untuk menyelesaikan pelatihan dengan skor tinggi.
  3. Collaboration, setiap peserta dapat berkolaborasi dengan peserta lainnya melalui forum diskusi.

Berbagai perusahaan telah bergabung dengan ruangkerja, kini giliran Anda! 

[IDN] CTA Bawah Blog Ruangkerja Pelatihan Karyawan RGFB

Sumber: 

Peart, Natalia. 2020. Four Ways The Best Leaders Build a Resilient Workplace [online]. Link: https://www.forbes.com/sites/nataliapeart/2020/12/07/four-ways-the-best-leaders-build-a-resilient-workplace/?sh=7d8d95e95e9d (Accessed: 23 August 2021). 

Kuhlman, Chloe.  2021. 3 Strategies for Leaders to Build Employee Resilience [online]. Link: https://trainingindustry.com/articles/leadership/3-strategies-for-leaders-to-build-employee-resilience/ (Accessed: 23 August 2021).

ADP. 2020. People-Centered Initiatives, Business Agility Take Center Stage in 2021 Workforce Trends [online]. Link: https://www.prnewswire.com/news-releases/people-centered-initiatives-business-agility-take-center-stage-in-2021-workforce-trends-301177328.html (Accessed: 23 August 2021).

Seery, Mark D, etc. 2010. Whatever does not kill us: cumulative lifetime adversity, vulnerability, and resilience [online]. Link: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20939649/ (Accessed: 23 August 2021).

Vindiasari Yunizha